Senin, 24 April 2017

Tugas Paper Pengetahuan Lingkungan Hidup

EKSPLOITASI HUTAN, SATWA LANGKA
MAKIN TERANCAM
Aryn Damayanti (31414717)
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
                                                                                          
Abstrak. Hutan sebagai sekumpulan ekosistem dimana saling berhubungan erat antara hutan dan lingkungan baik itu berupa pepohonan, benda-benda hayati dan non hayati, lingkungan pendukung (jasa) dimana semua yang ada diatas selalu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Makin tinggi LPP makin tinggi pula laju kerusakan hutan (deforestasi). Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem alam, sebagai contoh pada bulan November 2015 hutan belantara Kalimantan Timur menunjukan kondisi kritis. Terutama karena fungsi sebagai tempat tinggal satwa kini berubah menjadi hutan kawasan industri. Keberadaan satwa langka belakangan ini semakin sulit terlihat. Jika terus menerus melakukan pembakaran dan penebangan liar, hutan akan berubah menjadi tempat menyeramkan bagi kelangsungan hidup flora dan fauna.

Kata Kunci : Kalimantan, Eksploitasi Hutan, Satwa Langka.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Menurut undang-undang nomor 41 tahun 1999 hutan merupakan suatu kawasan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan sebagai sekumpulan ekosistem dimana saling berhubungan erat antara hutan dan lingkungan baik itu berupa pepohonan, benda-benda hayati dan non hayati, lingkungan pendukung (jasa) dimana semua yang ada diatas selalu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hutan secara keseluruhan merupakan kumpulan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan hutan alam terdapat beragam jenis pepohonan, umur yang beragam dan tingkat kerapatan yang tidak teratur dan pertumbuhan.
            Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka tekanan terhadap lingkungan pun makin meningkat, terutama terhadap hutan. Bisa dikatakan, makin tinggi LPP makin tinggi pula laju kerusakan hutan (deforestasi). Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem alam, sebagai contoh pada bulan November 2015 hutan belantara Kalimantan Timur menunjukan kondisi kritis. Terutama karena fungsi sebagai tempat tinggal satwa kini berubah menjadi hutan kawasan industri. Seperti pembukaan lahan kelapa sawit dan pertambangan batu bara, juga perubahan peruntukkan menjadi perkebunan. Keberadaan satwa langka belakangan ini semakin sulit terlihat. Jika terus menerus melakukan pembakaran dan penebangan liar, hutan akan berubah menjadi tempat menyeramkan bagi kelangsungan hidup flora dan fauna.

PEMBAHASAN                                                
            Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya sebagai pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan mengenalisis mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi.
            Kerusakan hutan di Indonesia berlangsung terus-menerus akibat banyak faktor yang sulit untuk dicarikan solusi. Penebangan liar dan kebakaran hutan merupakan penyebab utama kerusakan hutan yang tidak hanya dirasakan oleh Kalimantan, namun seluruh hutan di Indonesia pun merasakan. Keberadaan satwa langka belakangan ini semakin sulit terlihat. Jika terus menerus melakukan pembakaran dan penebangan liar, hutan akan berubah menjadi tempat menyeramkan bagi kelangsungan hidup flora dan fauna.
            Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.
Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.
Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus).
Kerusakan hutan di kalimantan selatan juga merusak ekosistem habitat monyet hidung panjang. Ekosistem tersebut rusak akibat proyek kanal penampungan dan jalur lalu lintas batu bara di Desa Tatakan, Kecamatan Tambarang, Kalimantan Selatan.
Sebagai paru-paru dunia hutan tropis tersebut ditebang untuk kepentingan proyek kanal penampungan dan jalur lalu lintas batu bara seluas 6 Ha. Keberadaan kanal tersebut membuat kerusakan lingkungan sistem perairan, kesehatan masyarakat, dan hancurnya ekosistem bekantan.
Bekantan adalah primata unik yang dapat ditemukan di pulau Borneo (Kalimantan). bekantan biasa disebut Monyet Belanda. Bekantan sendiri adalah binatang herbivora yang memakan daun muda, buah-buahan dan biji-bijian mentah. Bekantan juga memiliki habitat yaitu di Hutan Mangrove. Ciri ciri fisiknya yang paling menonjol adalah memiliki hidung yang mancung. untuk Jantan hidungnya lebih mancung dibandingkan dengan bekantan betina. Langkanya bekantan ini disebabkan oleh pembukaan lahan untuk pertambangan.
Terancamnya primata ini disebabkan mulai berkurangnya Hutan Mangrove yang menjadi habitat utamanya di alam liar akibat pembukaan lahan tambang dan sebagainya. Keberadaan bekantan yang hanya bisa hidup dan tergantung pada kawasan hutan mangrove menyebabkan kelestariannya sangat terancam karena tidak punya pilihan lain untuk melarikan diri saat habitatnya dibuka untuk berbagai aktifitas manusia. Alasan itu menyebabkan IUCN (World Conservation Union) mengklasifikasikan bahwa bekantan termasuk satwa langka yang sangat terancam kelestariannya.

PENUTUP
Kesimpulan
            Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.
Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.dprd-kaltimprov.go.id/read Diakses pada tanggal 8 April 2017.

LAMPIRAN
Profil Penulis
Nama           :  Aryn Damayanti
NPM             :  31414717
TTL              :  Bogor, 27 Januari 1997
Alamat         :  Jalan Arzimar 3 RT 03/03 Kota Bogor, Jawa Barat