Pernikahan adalah suatu rangkaian
upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang
berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan
meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa
selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli
penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa. Setelah ditemukan hari
baik, maka sebulan sebelum akad nikah, secara fisik calon pengantin perempuan
disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan cara diurut perutnya dan
diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan istilah diulik, yaitu
pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi yang tepat agar dalam
persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu Jawa agar tubuh ideal
dan singset.
Sebelum pernikahan dilakukan, ada
beberapa prosesi yang harus dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun
perempuan. Menurut Sumarsono (2007), tata upacara pernikahan adat Jawa adalah
sebagai berikut :
Babak I (Tahap Pembicaraan)
Yaitu tahap pembicaraan antara pihak
yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan
pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina).
Babak II (Tahap Kesaksian)
Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan
yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di
kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui acara-acara sebagai berikut :
1. Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat
perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir.
Untuk itu diadakan simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan makna
khusus, berupa cincin, seperangkat busana putri, makanan tradisional, buah-buahan,
daun sirih dan uang. Adapun makna dan maksud benda-benda tersebut adalah :
a. Cincin emas
yang dibuat bulat tidak ada putusnya,
maknanya agar cinta mereka abadi tidak terputus sepanjang hidup.
b. Seperangkat busana putri
bermakna masing-masing pihak harus
pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
c. Perhiasan yang terbuat dari emas,
intan dan berlian
mengandung makna agar calon pengantin
putri selalu berusaha untuk tetap bersinar dan tidak membuat kecewa.
d. Makanan tradisional
terdiri dari jadah, lapis, wajik,
jenang; semuanya terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur,
tetapi setelah dimasak, menjadi lengket. Begitu pula harapan yang tersirat,
semoga cinta kedua calon pengantin selalu lengket selama-lamanya.
e. Buah-buahan
bermakna penuh harap agar cinta mereka
menghasilkan buah kasih yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
f. Daun sirih
Daun ini muka dan punggungnya berbeda
rupa, tetapi kalau digigit sama rasanya. Hal ini bermakna satu hati, berbulat
tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan.
2. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk
mewujudkan dua kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon
pengantin.
3. Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa
sejumlah uang untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin
putri.
4. Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab
qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran
kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa.
Babak III (Tahap Siaga)
Pada tahap ini, yang akan punya hajat
mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk membentuk panitia guna
melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah
hajatan.
1. Sedhahan
Yaitu cara mulai merakit sampai membagi
undangan.
2. Kumbakarnan
Pertemuan membentuk panitia hajatan
mantu, dengan cara :
a. pemberitahuan dan permohonan bantuan
kepada sanak saudara, keluarga, tetangga, handai taulan, dan kenalan.
b. adanya rincian program kerja untuk
panitia dan para pelaksana.
c. mencukupi segala kerepotan dan
keperluan selama hajatan.
d. pemberitahuan tentang pelaksanaan
hajatan serta telah selesainya pembuatan undangan.
3. Jenggolan atau Jonggolan
Saatnya calon pengantin sekalian melapor
ke KUA (tempat domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut
tandhakan atau tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan
ada hajatan mantu, dengan cara ijab.
Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)
Tahap ini bertujuan untuk menciptakan
nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada beberapa acara dalam tahap ini,
yaitu :
1. Pasang tratag dan tarub
Pemasangan tratag yang dilanjutnya
dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu
dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri kahs
tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan
kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan,
nasi golong, kolak ketan dan apem.
2. Kembar mayang
Berasal dari kata kembar artinya sama
dan mayang artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru
Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai,
kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan
maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan
ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang
adalah :
a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk
hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan.
b. Bambu aur untuk penusuk (sujen),
secukupnya.
c. Janur kuning, ± 4 pelepah.
d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin
beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan daun andong.
e. Nanas dua buah, pilih yang sudah
masak dan sama besarnya.
f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah
putih.
g. Kelapa muda dua buah, dikupas
kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar
kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah.
3. Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju
tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing
mempunyai makna :
a. Janur
Harapannya agar pengantin memperoleh nur
atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa.
b. Daun kluwih
Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu,
jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan.
c. Daun beringin dan ranting-rantingnya
Diambil dari kata ingin, artinya
harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
d. Daun dadap serep
Berasal dari suku kata rep artinya
dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun.
e. Seuntai padi (pari sewuli)
Melambangkan semakin berisi semakin
merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan
kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan.
f. Cengkir gadhing
Air kelapa muda (banyu degan), adalah
air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai
akhir hayat.
g. Setundhun gedang raja suluhan
(setandan pisang raja)
Semoga kelak mempunyai sifat seperti
raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi.
h. Tebu wulung watangan (batang tebu
hitam)
Kemantapan hati (anteping kalbu), jika
sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok
kanan-kiri lagi.
i. Kembang lan woh kapas (bunga dan buah
kapas)
Harapannya agar kedua pengantin kelak
tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
j. Kembang setaman dibokor (bunga
setaman yang ditanam di air dalam bokor)
Harapannya agar kehidupan kedua
pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.
4. Siraman
Ubarampe yang harus disiapkan berupa air
bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi
bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Tahapan upacara siraman
adalah sebagai berikut :
– calon pengantin mohon doa restu kepada
kedua orangtuanya.
– calon mantu duduk di tikar pandan
tempat siraman.
– calon pengatin disiram oleh pinisepuh,
orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk.
– yang terakhir disiram dengan air kendi
oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon
pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata Niat
ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon.
5. Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah
siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak.
Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini
mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak
tamu dan rezeki yang datang.
6. Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad
nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini
dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara
nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah
dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap
melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni
(bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat keadaan calon
pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan
calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
Babak V (Tahap Puncak Acara)
1. Ijab qobul
Peristiwa penting dalam hajatan mantu
adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib
yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa
tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau
giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa
menikahkan atau ngentasake anak.
2. Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih
adalah sebagai berikut :
a. Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar
pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama
mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.
b. Gantal
Daun sirih digulung kecil diikat benang
putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga
semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
c. Ngidak endhog
Pengantin putra menginjak telur ayam
sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
d. Pengantin putri mencuci kaki
pengantin putra
Mencuci dengan air bunga setaman dengan
makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
e. Minum air degan
Air ini dianggap sebagai lambang air
hidup, air suci, air mani (manikem).
f. Di-kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan
keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia
lahir batin.
g. Masuk ke pasangan
Bermakna pengantin yang telah menjadi
pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
h. Sindur
Sindur atau isin mundur, artinya pantang
menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan
hidup dengan semangat berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin
diantar duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa,
yaitu :
i. Timbangan
Bapak pengantin putri duduk diantara
pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki
pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi
pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.
j. Kacar-kucur
Pengantin putra mengucurkan penghasilan
kepada pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung
arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya.
k. Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling
menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol
seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat
yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna :
– tumpeng tunggarana : agar selalu ingat
kepada yang memberi hidup.
– tumpeng puput : berani mandiri.
– tumpeng bedhah negara : bersatunya
pria dan wanita.
– tumpeng sangga langit : berbakti
kepada orang tua.
– tumpeng kidang soka : menjadi besar
dari kecil.
– tumpeng pangapit : suka duka adalah
wewenang Tuhan Yang Maha Esa.
– tumpeng manggada : segala yang ada di dunia
ini tidak ada yang abadi.
– tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada
mertua.
– tumpeng kesawa : nasihat agar rajin
bekerja.
3. Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada
orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti
orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari
pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu
pengantin putra.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar