Kamis, 30 November 2017

Contoh Kasus Hak Kekayaan Intelektual dan Dampaknya



1.    Hak Kekayaan Intelektual
Contoh Kasus : Merk “Holland Bakery”
Sumber berita : www.kompas.com
Dampak :
Akibat dari pelanggaran kasus tersebut akan membuat masyarakat lain untuk berbuat nakal yaitu seringnya mereka menjiplak merek – merek punya orang lain tanpa batas dan mereka akan menganggap kualitas hukum di Indonesia adalah lemah.Sehingga Di Indonesia terlalu banyak merek dagang yang dijadikan suatu symbol yang salah bagi perusahan dan bagi masyarakat yang ingin memproduk suatu barang atau tempat atau lainnya. Mereka terlalu dibutakan dengan keuntungan yang sangat luar biasa tinggi. Untuk memperoleh keuntungan yang sangat luar biasa mereka tidak mau melihat kaedah – kaedah apa saja yang harus dipenuhi dalam memberikan nama pada merek dagangan mereka, yaitu berdasarkan peraturan / perundang – undangan yang dibuat dibuat oleh Direktorat Jenderal HAKI, Departemen Kehakiman. Kita sebagai orang baru yang ingin memberikan nama ke produk kita, harus diajukan kepada Departemen Kehakiman agar tidak terjadi kesamaaan antar merek barang lainnya.

2.    Hak Cipta
Contoh Kasus : Inul Vizta Jadi Tersangka Pelanggaran Hak Cipta
Dampak :
Dari kasus tersebut akan berdampak buruk bagi sang pencipta lagu antara lain menimbulkan sikap saling acuh antara pencipta dengan pembajak, merugikan baik secara materil dan imateril kepada pencipta dan menimbulkan terjadinya penurunan minat dari masyarakat ke pada produk asli dan lebih memilih produk bajakan yang harganya jauh lebih murah dari produk aslinya. Selain itu kreativitas menjadi menurun, orang-orang akan merasa enggan untuk berkreasi. Pemerintah tidak mendapatkan pemasukan dari pajak penjualan suatu karya cipta. Kurangnya penerimaan pajak tentu akan menghambat pertumbuhan ekonomi di negara kita. Masyarakat menjadi manja karena dibiasakan menggunakan sesuatu yang ilegal tanpa mengeluarkan banyak uang. Orang lain yang menggantungkan nafkah pada proses pembuatan karya orang lain jadi ikut rugi. 

3.    Paten
Contoh Kasus : Pelanggaran Hak Paten Samsung oleh Apple
Dampak :
Hak khusus pemegang paten untuk melaksanakan temuannya secara perusahaan atas patennya baik secara sendiri maupun dengan memberikan persetujuan atau ijin atau lisensi kepada orang lain, yaitu: membuat, menjual, menyewakan, menyerahkan, memakai, menyediakan, untuk dijual atau disewakan atau diserahkan hasil produksi yang diberi paten. Hak ini bersifat eksklusif, dalam arti hak yang hanya bisa dijalankan oleh orang yang memegang hak paten, orang lain dilarang melaksanakannya tanpa persetujuan pemegang paten.

4.    Merk
Contoh Kasus : Pelanggaran Hak Merk Primagama
Dampak :
Kasus tersebut membuat pihak primagama menjadi rugi baik secara materi maupun non materi. Menurutnya, pihaknya memberikan batas waktu hingga 30 April 2017 mendatang kepada pihak-pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran untuk segera menghentikan segala jenis perikatan dengan pihak lain yang mengklaim serta merasa memiliki hak atas merek Primagama, serta mengakui bahwa Purdi E. Chandra merupakan pemilik sah atas merek Primagama sesuai surat Dirjen Haki. Pemilik sah merek Primagama beserta kuasa hukum telah berupaya menyelesaikan persoalan tersebut secara kekeluargaan, tetapi tidak membuahkan hasil, dan akhirnya menempuh jalur hukum. Pasalnya, pelanggaran itu diklaim telah merugikan kliennya secara materi, dan non materi.

5.    Desain Industri
Contoh Kasus : Kasus Sengketa Desain Industri antara Permen Alpenliebe Lollipop
Dampak :
Desain industri permen Lollyball seharusnya segera didaftarkan ketika baru tercipta. Gugatan Agus Susanto menjadi gugatan yang lemah karena Agus sendiri tidak memiliki serifikat desain industri atas permen Lollyball. Meskipun telah memiliki sertifikat merek No. 460924 pada tahun 2001, namun hal ini belum lengkap tanpa adanya sertifikat atas desain industri. Jika kondisinya seperti ini, permen Lollyball hanya mendapat perlindungan atas merek dagangnya, namun tidak mendapat perlindungan dan pengakuan atas desain industrinya. Oleh sebab itu, pendaftaran legalitas atas suatu produk haruslah lengkap dan dilakukan sesegera mungkin. Hal ini diperlukan agar produsen memperoleh jaminan perlindungan hukum yang sah atas hak milik perindustrian untuk produk yang dimilikinya.

6.    Indikasi Geografis
Contoh Kasus : Gayo Mountain Coffee dengan Kopi Arabika Gayo
Dampak :
Tanggal 15 Juli 1999 , Perusahaan Belanda, European Coffee Bv. melalui Holland Coffee, mendaftarkan nama “Gayo” sebagai merk dagang kopi mereka di Belanda, yaitu Gayo Mountain Coffee.  Akibatnya, tidak ada perusahaan lain yang boleh menjual kopi dengan memakai nama “Gayo” di Belanda, termasuk perusahaan asal Indonesia yang merupakan asal dari Kopi Arabika Gayo. Sungguh sangat ironis. Tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaan nama “Gayo” dapat membuat konsumen tertarik membeli, bahkan membuat kesediaannya untuk membayar dengan harga yang tinggi (willingness to pay) menjadi lebih besar. Ya, nama “Gayo” sudah melekat pada salah satu cita rasa kopi terbaik di dunia, dan hal inilah yang membuat banyak perusahaan menginginkan kopinya dijual dengan nama “Gayo”.

7.    Rahasia Dagang
Contoh Kasus : Hitachi digugat soal rahasia dagang
Dampak :
Gugatan itu dilakukan sehubungan dengan pelanggaran rahasia dagang penggunaan metode produksi dan atau metode penjualan mesin boiler secara tanpa hak. PT BPE bergerak dalam bidang produksi mesin-mesin industri, dengan produksi awal mesin pengering kayu. Penggugat, katanya, adalah pemilik dan pemegang hak atas rahasia dagang metode produksi dan metode penjualan mesin boiler di Indonesia "Metode proses produksi itu sifatnya rahasia perusahaan," katanya. Dia menjelaskan bahwa tergugat IV sampai dengan tergugat X adalah bekas karyawan PT BPE, tetapi ternyata sejak para tergugat tidak bekerja lagi di perusahaan, mereka telah bekerja di perusahaan tergugat PT HCMI.

8.    Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Contoh Kasus : Desain usb 3.0 keluaran intel jadi kontroversi
Dampak :
Desain usb 3.0 keluaran intel jadi kontroversi, karena awalnya intel belum mau menjelaskan spesifikasi usb 3.0 itu, sehingga dianggap oleh para pesaingnya(AMD dan NVIDIA) akan melakukan monopoli. Dalam kasus ini AMD dan NVIDIA beserta SIS dan VIA sebagai salah satu brand dalam tidang Chipset akan mengalami kesulitan dan keterpurukan pada suatu saat ketika banyak orang menggunakan motherboard intel yang sudah support dengan USB 3.0, yang dimana serie dari USB ini, akan memberikan kepuasan lebih baik dari USB sebelumnya dalam men-service suatu periferal. Oleh karena itu mereka, (VIA AMD NVIDIA dan SIS) akan merasa dimonopoli oleh intel lantaran teknologi terbaru dari USB telah di "pegang" oleh intel. Hal ini dapat dihapuskan jika saja intel hendak memberikan spesifikasi khusus untuk mereka, agar komponen-komponen yang mendukung USB 3.0 dapat bekerja pada Chipset- chipset mereka.. Tapi mereka juga mengancam bahwa mereka akan menciptakan port yang tidak kalah hebat dari 3.0 jika intel masih tetap tidak memberikan spesifikasi yang dimaksud.

Senin, 09 Oktober 2017

ANALISIS JURNAL


JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Judul: ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 MENGGUNAKAN GAP ANALYSIS TOOLS (Studi Kasus PT. Sahabat Rubber Industries, Malang)

Jurnal ini membahas bagaimana perusahaan memenuhi kepuasan pelanggan, PT. Sahabat Rubber Industries menetapkan ISO 9001 sebagai standar sistem manajemen mutu. PT. Sahabat Rubber Industries pernah memiliki sertifikat ISO 9001 dan audit eksternal terakhir yang dilakukan terjadi pada tahun 2010. Namun karena terjadi kebakaran pabrik pada akhir 2012, sistem manajemen mutunya tidak berjalan lagi. Perpanjangan sertifikat yang seharusnya dilakukan pada tahun 2013, gagal dilakukan karena perusahaan vakum. Dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu (SMM), perusahaan masih menggunakan SOP / prosedur kerja yang lama karena secara umum tidak ada perubahan divisi pada perusahaan. Instruksi kerja dan form yang digunakan sekarang juga banyak yang mengalami perubahan maupun penambahan. Ini dikarenakan ada beberapa cara kerja yang diubah dan kebutuhan pencatatan produksi lebih detail.
Semua instruksi kerja perlu dilakukan pengkajian kesesuaian baik yang tetap, mengalami perubahan maupun instruksi kerja baru. Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian instruksi kerja dengan kegiatan yang dilakukan. Semua dokumen yang ada ini akan menunjang kesiapan perusahaan dalam melakukan sertifikasi ISO 9001. Jika dokumen yang ada ternyata tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan tentu ini akan menghambat sertifikasi ISO 9001.
Metode penelitian yang digunakan pada jurnal ini adalah metode deskriptif. Digunakannya gap analysis checklist yang berfungsi untuk mengidentifikasi gap antara prosedur tertulis dengan proses yang dilakukan. Diberi gambaran pula mengenai metode penelitian yang dilakukannya,
Hasil dan pembahasan pada jurnal berisi beberapa point, salah satunya Analisis Ketidaksesuaian Dengan Persyaratan ISO 9001:2008 Analisis ketidaksesuaian penerapan ISO 9001:2008 pada PT. Sahabat Rubber Industries menggunakan checklist yang didasarkan atas persyaratan ISO 9001:2008. Evaluasi dilakukan bersama management representative perusahaan dengan melakukan pengamatan terhadap penerapan dokumen mutu. Kendala Penerapan ISO 9001:2008 di PT. Sahabat Rubber Industries Identifikasi kendala ini perlu dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menghambat perusahaan dalam menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Kendala Pada Klausul 4 Ketidaksesuaian yang terjadi pada klausul 4 ini ada pada sub klausul 4.1 tentang persyaratan umum dan 4.2.3 tentang pengendalian dokumen. Kendala Pada Klausul 5 Ketidaksesuaian pada klausul ini ada pada sub klausul 5.1 tentang komitmen manajemen, 5.3 tentang kebijakan mutu, 5.4.1 tentang sasaran mutu, 5.5.1 tentang tanggung jawab dan wewenang, 5.5.2 tentang wakil manajemen, 5.5.3 tentang komunikasi internal dan 5.6.1, 5.6.2 dan 5.6.3 tentang tinjauan manajemen, dan beberapa klausul lainnya. Usulan Perbaikan Penerapan ISO 9001:2008 Dibutuhkan komitmen dan usaha dari manajemen agar perusahaan bisa segera memperbaiki sistem manajemen mutu untuk memperoleh sertifikat ISO 9001:2008. 3.3.1 Perbaikan Pada Klausul 4 1. Perbaikan fungsi kontrol MR, Perbaikan Pada Klausul 5, Perbaikan Pada Klausul 6, Perbaikan Pada Klausul 7, Perbaikan Pada Klausul 8

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Dari hasil analisis gap analysis checklist dapat disimpulkan bahwa pelaksanaaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di perusahaan belum baik
2. Kendala yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008
3. Perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan dalam memperbaiki penerapan ISO 9001:2008

Secara keseluruhan jurnal ini sudah sangat cukup dalam penulisannya, mudah dimengerti dan mengandung banyak informasi. Namun kekurangan dari jurnal ini adalah judul tidak menyematkan tanggal dan tahun penelitian harusnya dibuat sehingga orang-dapat mengetahuinya.

Senin, 24 April 2017

Tugas Paper Pengetahuan Lingkungan Hidup

EKSPLOITASI HUTAN, SATWA LANGKA
MAKIN TERANCAM
Aryn Damayanti (31414717)
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
                                                                                          
Abstrak. Hutan sebagai sekumpulan ekosistem dimana saling berhubungan erat antara hutan dan lingkungan baik itu berupa pepohonan, benda-benda hayati dan non hayati, lingkungan pendukung (jasa) dimana semua yang ada diatas selalu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Makin tinggi LPP makin tinggi pula laju kerusakan hutan (deforestasi). Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem alam, sebagai contoh pada bulan November 2015 hutan belantara Kalimantan Timur menunjukan kondisi kritis. Terutama karena fungsi sebagai tempat tinggal satwa kini berubah menjadi hutan kawasan industri. Keberadaan satwa langka belakangan ini semakin sulit terlihat. Jika terus menerus melakukan pembakaran dan penebangan liar, hutan akan berubah menjadi tempat menyeramkan bagi kelangsungan hidup flora dan fauna.

Kata Kunci : Kalimantan, Eksploitasi Hutan, Satwa Langka.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Menurut undang-undang nomor 41 tahun 1999 hutan merupakan suatu kawasan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan sebagai sekumpulan ekosistem dimana saling berhubungan erat antara hutan dan lingkungan baik itu berupa pepohonan, benda-benda hayati dan non hayati, lingkungan pendukung (jasa) dimana semua yang ada diatas selalu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hutan secara keseluruhan merupakan kumpulan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan hutan alam terdapat beragam jenis pepohonan, umur yang beragam dan tingkat kerapatan yang tidak teratur dan pertumbuhan.
            Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka tekanan terhadap lingkungan pun makin meningkat, terutama terhadap hutan. Bisa dikatakan, makin tinggi LPP makin tinggi pula laju kerusakan hutan (deforestasi). Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem alam, sebagai contoh pada bulan November 2015 hutan belantara Kalimantan Timur menunjukan kondisi kritis. Terutama karena fungsi sebagai tempat tinggal satwa kini berubah menjadi hutan kawasan industri. Seperti pembukaan lahan kelapa sawit dan pertambangan batu bara, juga perubahan peruntukkan menjadi perkebunan. Keberadaan satwa langka belakangan ini semakin sulit terlihat. Jika terus menerus melakukan pembakaran dan penebangan liar, hutan akan berubah menjadi tempat menyeramkan bagi kelangsungan hidup flora dan fauna.

PEMBAHASAN                                                
            Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya sebagai pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan mengenalisis mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi.
            Kerusakan hutan di Indonesia berlangsung terus-menerus akibat banyak faktor yang sulit untuk dicarikan solusi. Penebangan liar dan kebakaran hutan merupakan penyebab utama kerusakan hutan yang tidak hanya dirasakan oleh Kalimantan, namun seluruh hutan di Indonesia pun merasakan. Keberadaan satwa langka belakangan ini semakin sulit terlihat. Jika terus menerus melakukan pembakaran dan penebangan liar, hutan akan berubah menjadi tempat menyeramkan bagi kelangsungan hidup flora dan fauna.
            Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.
Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.
Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus).
Kerusakan hutan di kalimantan selatan juga merusak ekosistem habitat monyet hidung panjang. Ekosistem tersebut rusak akibat proyek kanal penampungan dan jalur lalu lintas batu bara di Desa Tatakan, Kecamatan Tambarang, Kalimantan Selatan.
Sebagai paru-paru dunia hutan tropis tersebut ditebang untuk kepentingan proyek kanal penampungan dan jalur lalu lintas batu bara seluas 6 Ha. Keberadaan kanal tersebut membuat kerusakan lingkungan sistem perairan, kesehatan masyarakat, dan hancurnya ekosistem bekantan.
Bekantan adalah primata unik yang dapat ditemukan di pulau Borneo (Kalimantan). bekantan biasa disebut Monyet Belanda. Bekantan sendiri adalah binatang herbivora yang memakan daun muda, buah-buahan dan biji-bijian mentah. Bekantan juga memiliki habitat yaitu di Hutan Mangrove. Ciri ciri fisiknya yang paling menonjol adalah memiliki hidung yang mancung. untuk Jantan hidungnya lebih mancung dibandingkan dengan bekantan betina. Langkanya bekantan ini disebabkan oleh pembukaan lahan untuk pertambangan.
Terancamnya primata ini disebabkan mulai berkurangnya Hutan Mangrove yang menjadi habitat utamanya di alam liar akibat pembukaan lahan tambang dan sebagainya. Keberadaan bekantan yang hanya bisa hidup dan tergantung pada kawasan hutan mangrove menyebabkan kelestariannya sangat terancam karena tidak punya pilihan lain untuk melarikan diri saat habitatnya dibuka untuk berbagai aktifitas manusia. Alasan itu menyebabkan IUCN (World Conservation Union) mengklasifikasikan bahwa bekantan termasuk satwa langka yang sangat terancam kelestariannya.

PENUTUP
Kesimpulan
            Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.
Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.dprd-kaltimprov.go.id/read Diakses pada tanggal 8 April 2017.

LAMPIRAN
Profil Penulis
Nama           :  Aryn Damayanti
NPM             :  31414717
TTL              :  Bogor, 27 Januari 1997
Alamat         :  Jalan Arzimar 3 RT 03/03 Kota Bogor, Jawa Barat


Jumat, 06 Januari 2017

Review Jurnal

Supply Chain Collaboration: A Game-Theoretic Approach to Profit Allocation
Borja Ponte, Isabel Fernández, Rafael Rosillo, José Parreño, Nazario García
University of Oviedo (Spain)

     Supply chain collaboration dapat dipahami sebagai sebuah piramida. keunggulan kompetitif berdasarkan integrasi proses (Level 2). integrasi ini, yang harus dipandu melalui scorecard sistemik, harus dibangun di atas keputusan disinkronisasi dan informasi bersama, yang dapat dipahami sebagai enabler (Level 1). Struktur kolaboratif Seluruh didukung oleh insentif keselarasan (Level 0): aktor rantai pasokan yang berbeda tidak dapat merasa bahwa mereka memiliki sesuatu untuk mendapatkan dengan menyimpang dari strategi keseluruhan sistem. Gagasan piramida ini, bertujuan untuk membuat layak dan mengambil keuntungan penuh dari kolaborasi rantai pasokan, diilustrasikan oleh Gambar 1.


          Dalam keadaan ini (dan mengikuti konsep inti dari kolaborasi rantai suplai diperkenalkan dalam Bagian 1), makalah ini menggunakan konsep teori permainan untuk mengusulkan kerangka kerja yang kuat untuk menyelaraskan insentif dalam rantai pasokan kolaboratif. Bagian 2 berisi tiga tahap. Pertama, kami menyajikan nomenklatur masalah. Kedua, kita mendefinisikan kondisi bahwa distribusi keuntungan keseluruhan harus memverifikasi. Ketiga, kami mengusulkan alokasi dari laba keseluruhan antara berbagai node rantai pasokan melalui mekanisme didasarkan pada konsep nucleolus (Schmeidler, 1969). Selanjutnya, Bagian 3 menggambarkan penerapannya dengan cara contoh numerik dikembangkan pada supply chain Beer permainan, di mana wecompare beberapa solusi untuk alokasi keuntungan. Akhirnya (Bagian 4), kami menyimpulkan dan kami menarik beberapa jalan untuk pekerjaan di masa depan tentang masalah ini.
           
ASUMSI 
     The Beer permainan skenario dramatis menguatkan variabilitas perintah dan persediaan mereka bergerak atas rantai pasokan; melihat mis Sterman (1989). Fenomena ini, yang disebut Bullwhip Effect, adalah Sumber berbahaya dari inefisiensi dalam rantai pasokan, yang secara signifikan mengurangi keseluruhan Kinerja (Wang & Disney, 2016). Sebagai contoh, kita asumsikan bahwa laba supply chain bersih adalah $ 1.000 di bawah pendekatan non-kolaboratif; yaitu, v (1) + v (2) + v (3) + v (4) = $ 1.000. Seperti sebelumnya disebutkan, Efek Bullwhip khusus kerusakan eselon atas, jadi kami akan pertimbangkan hal berikut keuntungan: v (4) = $ 400 untuk pengecer, v (3) = $ 300 untuk grosir, v (2) = $ 200 untuk distributor, dan v (1) = $ 100 untuk pabrik. 
Kami juga akan membutuhkan informasi dasar evaluasi dampak dari berbagai node melepaskan diri dari kolaborasi. Sejak pengecer mengamati permintaan pelanggan (maka berbagi informasi akan tidak lengkap tanpa itu), kita akan menganggap ini adalah node kunci dalam kerangka kolaboratif. Untuk ini alasan, kami pertimbangkan misalnya bahwa jika eselon ini tidak terlibat dalam kolaborasi, rantai pasokan hanya akan membuat $ 1200; yaitu v (123) + v (4) = $ 1.200. Demikian pula, pabrik menguraikan produk, jadi partisipasi dalam proses kolaboratif juga penting. Oleh karena itu, mari kita asumsikan bahwa, jika node ini istirahat jauh, sistem akan membuat $ 1400; yaitu, v (234) + v ({4}) = $ 1.150. Dalam nada yang sama, kami telah dianggap bahwa jika grosir meninggalkan solusi kolaboratif, secara signifikan akan berdampak pada rantai pasokan karena node ini mengelola aliran distribusi. Kami menganggap bahwa laba juga akan menjadi $ 1.400 pada kasus ini; v (124) + v (3) = $ 1.150. Sebaliknya, laba bersih rantai pasokan telah dianggap kurang sensitif terhadap partisipasi distributor: sistem akan membuat $ 1400 jika node ini tidak terlibat dalam kolaborasi; yaitu, v (134) + v (2) = $ 1.450. 
Perhatikan bahwa dari informasi sebelumnya, kita dapat dengan mudah menghitung laba bersih yang diperoleh dari empat mungkin koalisi 3-node dalam rantai pasokan. Informasi ini ditunjukkan pada Tabel 1, bersama-sama dengan hasil yang berbeda diperoleh dalam koalisi 2-node. Ini laba bersih, yang juga mulai informasi dari masalah ini, telah ditetapkan dengan mempertimbangkan gagasan dijelaskan sebelumnya bobot node yang berbeda. Ini laba bersih, yang juga mulai informasi dari masalah ini, telah ditetapkan dengan mempertimbangkan gagasan dijelaskan sebelumnya bobot node yang berbeda.

        Tabel 4 membandingkan tiga metode alokasi yang kami telah menganalisis dalam hal: (a) peningkatan absolut dari laba bersih node; (b) peningkatan relatif dari laba bersih node; dan (c) persentase setiap node mengumpulkan dari Surplus yang dihasilkan oleh kolaborasi.


 


       Sementara Metode 1 dan 2 tidak akan diterima untuk beberapa node seperti yang telah kita lihat sebelumnya, nucleolus solusi -derived dari penerapan konsep-teori permainan ini menawarkan kerangka kerja yang kuat dari yang untuk mendekati masalah ini. Perlu digarisbawahi bahwa solusi nucleolus berdasarkan memperhitungkan mempertimbangkan daya tawar dari node yang berbeda. Untuk alasan ini, distributor akan mengumpulkan hanya sebagian kecil dari surplus yang dihasilkan oleh kolaborasi (5%) -dia / dia mengambil 25% dari surplus di Metode 1 dan 20% pada metode 2, yang tidak tepat untuk node lain yang kontribusinya terhadap solusi kolaboratif jauh lebih signifikan. Oleh karena itu, distributor akan dipaksa untuk menerima ini situasi. Dalam hal ini, para pelaku rantai pasokan yang paling diuntungkan dari solusi nucleolus.

KESIMPULAN
       Dalam Skema kolaboratif yang bertujuan untuk mengoptimalkan sistem secara keseluruhan, berbagi informasi dan keputusan sinkronisasi harus dipahami sebagai enabler, sedangkan keunggulan kompetitif yang dibangun di atas proses integrasi.
      Fitur-fitur ini diperlukan, tetapi tidak cukup: penyelarasan insentif juga memainkan peran kunci. Itu solusi kolaboratif tidak akan layak jika beberapa anggota rantai pasokan harus insentif untuk istirahat jauh. Dalam hal ini, teori permainan menyediakan manajer dengan pendekatan yang kuat untuk masalah ini. kita mendefinisikan tiga kondisi sebagai penting untuk memastikan kelangsungan hidup dari alokasi keuntungan: efisiensi, rasionalitas individu dan koalisi rasionalitas. Dari titik ini, solusi untuk masalah alokasi keuntungan berdasarkan Konsep nucleolus telah dikembangkan. Hal ini memungkinkan kita untuk merancang mekanisme yang kuat untuk distribusi dari surplus yang dihasilkan oleh kolaborasi, yang memperhitungkan kekuatan tawar yang berbeda node. Solusi ini ditujukan untuk memaksimalkan kebahagiaan minimum kemungkinan koalisi dan akibatnya menjamin stabilitas dan keberlanjutan koalisi jangka panjang. 
       Catatan bahwa asumsi yang mendasari pendekatan permainan-teoritis ini adalah bahwa laba bersih masing-masing simpul akan sama jika node tidak bekerja sama, terlepas dari bagaimana rantai pasokan lainnya anggota berperilaku. Kondisi ini tidak akan berlaku dalam beberapa skenario rantai pasokan dunia nyata, di mana node yang berbeda serius dipengaruhi oleh keputusan dari pasangan mereka. Dalam keadaan ini, kita rencana pengembangan mekanisme yang mengambil fakta ini menjadi pertimbangan sebagai potensial dan menarik langkah berikutnya.


Powerpoint untuk jurnal diatas dapat dilihat pada
https://www.dropbox.com/s/e9617ny92ezx12q/PPT%20JURNAL.pptx?dl=0


Source :
http://www.jiem.org/index.php/jiem/article/view/2084