Paskibra, salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang mempertemukan aku dan kamu. Rahman Wicaksono adalah salah satu kaka kelas yang dulunya terkenal selalu menjadi cadangan di pasukannya dengan satu nama pasukan yang sama denganku yaitu Paskibra Surya Kencana. Festival Adi Karya Bakti, lomba itu selalu mengingatkanku akan memori satu tahun yang lalu, tepatnya Desember 2012.
Rasanya
biasa saja ketika pertamaku melihatnya mungkin agak terlihat risih dengan
tingkah lakunya yang selalu dekat dengan perempuan. Namun untaian kata
semangatnya yang selalu terdengar ditelingaku membuatku bertanya “apakah aku mulai
mencintainya?”. Jawabannya ya! Malu rasanya mengakui bahwa aku jatuh cinta
padanya ketika ia menyemangatiku, padahal belum tentu saja dia merasakan apa
yang aku rasakan, mungkin saja dia hanya merasa kasian padaku.
Setelah lomba aku semakin dekat
dengannya semenjak aku mendapatkan id linenya. Dan kita selalu chattingan
hingga larut malam. Dan semakin lama aku semakin lebih dekat dengannya, hingga
aku merasakan bahwa hatinya tlah aku genggam. Dan akupun mulai merasakan bahwa
hatinya hanya untukku. Namun aku merasa pesimis, aku berfikir bahwa aku tidak
akan pernah mendapatkan hatinya. Semua
itu hanyalah khayalan. Ya, khayalan yang tidak akan pernah terwujud.
Hingga suatu waktu aku bertemu
seseorang yang menurutku akan mengubah hidupku menjadi lebih baik lagi. Aku
mencoba untuk mendapatkannya. Dan akhirnya aku berhasil mendapatkan hati lelaki
itu, dan aku pergi meninggalkan Rahman yang sudah lama mengisi hatiku dan tak
kunjung menyatakan isi hatinya padaku. Hari-hari mulai ku lewati tanpa adanya
deringan suara line yang selalu menemaniku hingga matahari menyembunyikan
sinarnya. Dan aku masih tetap memikirkannya.
Hingga pada saat usia pacaranku
dengan lelaki itu menginjak 4 bulan. Temanku memberiku kabar bahwa Rahman juga
memiliki perasaan yang sama padaku. Seketika aku merasa menyesal dan aku
bingung. Aku tak tau harus bagaimana, aku tak tau apakah aku harus gembira,
senang, sedih atau marahkah dengan kabar ini? Mengapa tak kau katakan sejak
dulu? Lalu aku harus memilih yang mana? Aku tidak bisa bila harus hidup
diantara mereka berdua. Dengan lelaki itu tidak banyak hari-hari bahagia yang
aku lalui bersamanya. Dengan Rahman aku merasa nyaman aku merasa bahwa aku
layaknya seorang putri didalam dongeng yang bertemu cinta yang aku idamkan.
Tetapi aku juga tidak bisa menjamin kebahagiaan yang lebih pada Rahman.
Lalu aku memutuskan untuk tetap
bertahan dengan lelaki itu. Namun ketika aku mulai menyadari bahwa lelaki itu
adalah penggantinya, seketika Tuhan bersikap tidak adil. Aku sangat sayang
padanya tapi dia tidak sayang padaku. Berkali-kali hatiku dibuat sakit
karnanya. Tetapi aku mulai berfikir bahwa aku hanya akan membuang buang waktu
saja. Menghabiskan waktukku untuk berkhayal tentangnya, berharap yang mungkin
bukan jadi takdirku kelak, dan berharap bahwa kertas yang sudah sobek akan
kembali sempurna jika disatukan layaknya tak pernah disobek.
Cukup sudah khayalanku tentang
lelaki itu. Dan akupun mulai teringat lagi dengan Rahman. Dengan dia yang dulu
sempat merajut kenangan denganku. Tiga bulan memang waktu yang tidak singkat
juga untukku berdekatan dengannya. Aku teringat bahwa setiap jam 10 malam
Rahman selalu mengirim pesan chatting padaku dengan sapaan yang khas, dan
berbincang hingga mata mulai lelah. Aku ingat saat kita pergi bermain
bersama-sama kau menyanyikan lagu didekatku, aku sampai dibuatnya ge-er. Dan
lagu itu selalu aku jadikan kenangan sampai saat ini, kenangan akan dirimu.
Aku teringat saat aku dan temanku
bersaing untuk mendapatkanmu namun kau berpihak padaku. Dan aku sangat merasa
senang akan hal itu. Aku selalu menjadikanmu isi dalam tweetku, tetapi aku
sadar bahwa kicauanmu sudah bukan untukku lagi. Banyak sekali kenangan manis
yang pernah kita buat bersama. Dan kini tepat di bulan Desember 2013. Bulannya
memang masih tetap sama seperti tahun lalu. Hanya satu yang berbeda, yaitu
hatimu bukanlah untukku lagi. Dalam secarik kertas ini aku berharap semuanya
akan kembali normal seperti dulu lagi. Hatiku untukmu dan hatimu hanya untukku.
Namun aku sadar bahwa bintang yang
sudah jatuh kelaut takkan mampu kembali terbang kelangit dan memancarkan
cahayanya, dan daun yang sudah berguguran lalu layu takkan bisa kembali merekah
ketika ia masih menempel pada pohonnya. Dan hatimu takkan bisa lagi bersinar
untukku karena aku telah menggoreskan luka dihatimu, meninggalkan noda kenangan
dan pergi menjauhi dirimu untuk mencari kebahagiaan lain yang tak jelas. Dan
kini aku pun hidup tanpa cinta dari keduanya. Aku menyesal....
Aryn Damayanti
0 komentar:
Posting Komentar