Selasa, 13 Januari 2015

Kala bintang jatuh tak dapat bersinar dengan sendirinya



           
Paskibra, salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang mempertemukan aku dan kamu. Rahman Wicaksono adalah salah satu kaka kelas yang dulunya terkenal selalu menjadi cadangan di pasukannya dengan satu nama pasukan yang sama denganku yaitu Paskibra Surya Kencana. Festival Adi Karya Bakti, lomba itu selalu mengingatkanku akan memori satu tahun yang lalu, tepatnya Desember 2012.
                Rasanya biasa saja ketika pertamaku melihatnya mungkin agak terlihat risih dengan tingkah lakunya yang selalu dekat dengan perempuan. Namun untaian kata semangatnya yang selalu terdengar ditelingaku membuatku bertanya “apakah aku mulai mencintainya?”. Jawabannya ya! Malu rasanya mengakui bahwa aku jatuh cinta padanya ketika ia menyemangatiku, padahal belum tentu saja dia merasakan apa yang aku rasakan, mungkin saja dia hanya merasa kasian padaku.
Setelah lomba aku semakin dekat dengannya semenjak aku mendapatkan id linenya. Dan kita selalu chattingan hingga larut malam. Dan semakin lama aku semakin lebih dekat dengannya, hingga aku merasakan bahwa hatinya tlah aku genggam. Dan akupun mulai merasakan bahwa hatinya hanya untukku. Namun aku merasa pesimis, aku berfikir bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan hatinya.  Semua itu hanyalah khayalan. Ya, khayalan yang tidak akan pernah terwujud.
Hingga suatu waktu aku bertemu seseorang yang menurutku akan mengubah hidupku menjadi lebih baik lagi. Aku mencoba untuk mendapatkannya. Dan akhirnya aku berhasil mendapatkan hati lelaki itu, dan aku pergi meninggalkan Rahman yang sudah lama mengisi hatiku dan tak kunjung menyatakan isi hatinya padaku. Hari-hari mulai ku lewati tanpa adanya deringan suara line yang selalu menemaniku hingga matahari menyembunyikan sinarnya. Dan aku masih tetap memikirkannya.
Hingga pada saat usia pacaranku dengan lelaki itu menginjak 4 bulan. Temanku memberiku kabar bahwa Rahman juga memiliki perasaan yang sama padaku. Seketika aku merasa menyesal dan aku bingung. Aku tak tau harus bagaimana, aku tak tau apakah aku harus gembira, senang, sedih atau marahkah dengan kabar ini? Mengapa tak kau katakan sejak dulu? Lalu aku harus memilih yang mana? Aku tidak bisa bila harus hidup diantara mereka berdua. Dengan lelaki itu tidak banyak hari-hari bahagia yang aku lalui bersamanya. Dengan Rahman aku merasa nyaman aku merasa bahwa aku layaknya seorang putri didalam dongeng yang bertemu cinta yang aku idamkan. Tetapi aku juga tidak bisa menjamin kebahagiaan yang lebih pada Rahman.
Lalu aku memutuskan untuk tetap bertahan dengan lelaki itu. Namun ketika aku mulai menyadari bahwa lelaki itu adalah penggantinya, seketika Tuhan bersikap tidak adil. Aku sangat sayang padanya tapi dia tidak sayang padaku. Berkali-kali hatiku dibuat sakit karnanya. Tetapi aku mulai berfikir bahwa aku hanya akan membuang buang waktu saja. Menghabiskan waktukku untuk berkhayal tentangnya, berharap yang mungkin bukan jadi takdirku kelak, dan berharap bahwa kertas yang sudah sobek akan kembali sempurna jika disatukan layaknya tak pernah disobek.
Cukup sudah khayalanku tentang lelaki itu. Dan akupun mulai teringat lagi dengan Rahman. Dengan dia yang dulu sempat merajut kenangan denganku. Tiga bulan memang waktu yang tidak singkat juga untukku berdekatan dengannya. Aku teringat bahwa setiap jam 10 malam Rahman selalu mengirim pesan chatting padaku dengan sapaan yang khas, dan berbincang hingga mata mulai lelah. Aku ingat saat kita pergi bermain bersama-sama kau menyanyikan lagu didekatku, aku sampai dibuatnya ge-er. Dan lagu itu selalu aku jadikan kenangan sampai saat ini, kenangan akan dirimu.
Aku teringat saat aku dan temanku bersaing untuk mendapatkanmu namun kau berpihak padaku. Dan aku sangat merasa senang akan hal itu. Aku selalu menjadikanmu isi dalam tweetku, tetapi aku sadar bahwa kicauanmu sudah bukan untukku lagi. Banyak sekali kenangan manis yang pernah kita buat bersama. Dan kini tepat di bulan Desember 2013. Bulannya memang masih tetap sama seperti tahun lalu. Hanya satu yang berbeda, yaitu hatimu bukanlah untukku lagi. Dalam secarik kertas ini aku berharap semuanya akan kembali normal seperti dulu lagi. Hatiku untukmu dan hatimu hanya untukku.
Namun aku sadar bahwa bintang yang sudah jatuh kelaut takkan mampu kembali terbang kelangit dan memancarkan cahayanya, dan daun yang sudah berguguran lalu layu takkan bisa kembali merekah ketika ia masih menempel pada pohonnya. Dan hatimu takkan bisa lagi bersinar untukku karena aku telah menggoreskan luka dihatimu, meninggalkan noda kenangan dan pergi menjauhi dirimu untuk mencari kebahagiaan lain yang tak jelas. Dan kini aku pun hidup tanpa cinta dari keduanya. Aku menyesal....

Aryn Damayanti

0 komentar:

Posting Komentar